details iamge

Cegah Kebakaran dengan Ketahui Teori Segitiga Api

Bagaikan dua sisi koin, ada manfaat maupun dampak negatif yang bisa kita peroleh dari api. Bicara tentang dampak negatif dari api, kebakaran merupakan sebuah bencana yang tak diinginkan oleh siapa pun. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana cara mencegah kebakaran. Salah satunya adalah dengan mengenal teori segitiga api (fire triangle).

Teori ini memang terkesan remeh. Namun, dengan mengetahui hal-hal yang disebutkan di teori tersebut, Anda dapat meminimalkan risiko terjadinya kebakaran.  

 

Baca juga: Waspada! Nih, 6 Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA

 

 

Apa Itu Segitiga Api?

Secara kimia, proses terbentuknya api dapat dikategorikan sebagai proses oksidasi. Namun, terdapat sejumlah perbedaan yang menyebabkan proses ini memiliki istilah tersendiri. Proses atau reaksi antara bahan oksidator dan bahan bakar (fuel) yang menyebabkan timbulnya panas dan nyala ini disebut sebagai proses pembakaran (combustion).

Jika Anda pahami sekilas dari definisi tersebut, hanya ada dua unsur yang menyebabkan munculnya api, yaitu bahan bakar dan bahan oksidator. Sebenarnya, ada satu lagi unsur yang belum disebutkan, yaitu sumber panas yang menyebabkan terjadinya pijar dan panas itu sendiri.

Sebagaimana segitiga memiliki tiga sisi, ketiga unsur inilah yang kemudian dijelaskan dalam teori segitiga api. Teori ini merupakan teori yang menjelaskan unsur-unsur pembentuk api serta menjelaskan tentang cara mengurangi risiko terjadinya kebakaran. 

Meski demikian, tak berarti keberadaan ketiga unsur tersebut dalam satu tempat semata-mata langsung menghasilkan api. Rantai reaksi kimia diperlukan agar ketiga unsur tersebut dapat menghasilkan pijar dan panas yang menandakan terjadinya sebuah peristiwa pembakaran. 

 

 

Apa Saja Tiga Unsur Api?

Seperti yang sudah disebutkan, dalam teori fire triangle,  ada tiga unsur ‘pembuat’ api: bahan bakar (fuel), oksidator, dan sumber/penghasil panas. Masing-masing poin akan dijelaskan lebih lanjut di poin-poin berikut.

 

1. Bahan Bakar (Fuel)

Bahan bakar dapat didefinisikan sebagai benda yang menjadi sumber terjadinya pembakaran. Wujud bahan bakar bisa berupa benda padat, gas, maupun cair.

 

  • Bahan Bakar Padat

Beberapa contoh dari benda padat yang dapat terbakar adalah kayu, plastik, kertas, batu bara, kertas, dan lain-lain. Ciri yang membedakan bahan bakar padat dari bahan bakar lainnya adalah terbentuknya arang atau abu. Kedua hal ini merupakan sisa dari proses pembakaran.

 

  • Bahan Bakar Cair

Beberapa contoh dari benda cair yang dapat terbakar adalah minyak tanah, alkohol, cat, dan bensin. Tak seperti bahan bakar padat, bahan bakar jenis ini tak meninggalkan arang atau abu pasca proses pembakaran. Pada umumnya, salah satu hasil akhir dari pembakaran bahan cair ini adalah gas.

 

  • Bahan Bakar Gas

Contoh dari benda gas yang dapat terbakar antara lain butan, propan, asetilen, gas alam, dan lain sebagainya.

 

 

2. Oksidator

Yang dimaksud dengan oksidator dalam teori ini adalah gas oksigen. Tanpa adanya oksigen, api tidak akan timbul. Selain mengambil dari udara bebas, terjadinya proses pembakaran tak lepas dari oksigen yang dimiliki oleh bahan bakar itu sendiri.

 

 

3. Sumber Panas 

Tak hanya api, sumber panas pun bisa dihasilkan dari berbagai hal. Misalnya saja sinar matahari, adanya gesekan, reaksi kimia lain yang menimbulkan panas (reaksi eksotermis), dan adanya arus pendek listrik yang menghasilkan panas.

 

 

Pernahkah Anda membaca bagaimana manusia purba menemukan api? Penemuan api terjadi karena manusia purba menggesekkan dua bilah kayu secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Hal inilah yang menjadi sumber panas. Ditambah ranting pohon dan daun kering sebagai bahan bakar, api bisa muncul seketika.

Agar proses pembakaran bisa terjadi, perlu ‘dipertemukan’ dalam sebuah reaksi kimia. Sebagai contoh, misalnya Anda sedang berencana membuat api unggun dengan bahan bakar ranting kayu. Dengan bahan bakar dan ketersediaan oksigen dari udara bebas, Anda hanya perlu menambahkan sumber panas saja, misalnya dari pemantik api.

Dengan adanya sumber panas, bahan bakar, dan oksidator yang cukup, api unggun Anda dapat dibuat. Apabila bahan bakar ranting sudah habis, maka api akan mengecil dan akan mati dengan sendirinya. 

 

 

Pentingnya Memahami Teori Fire Triangle

Meski mempelajari tentang tiga unsur pembentuk api, mempelajari teori ini justru akan membantu kita agar kita terhindar dari dampak negatif api.

 

Cara memutus terjadinya risiko proses pembakaran yang merugikan (kebakaran) menurut teori ini adalah sebagai berikut:

  1. meminimalkan penyebaran panas menuju bahan bakar, terutama penyebaran panas dengan kontak langsung. Misalnya menjauhkan bensin dari pemantik api (atau api secara langsung),
  2. menghilangkan udara (terutama oksigen) dengan mengisolasi bahan bakar mudah terbakar dari bahan oksidator tersebut.

 

Selain itu, Anda juga perlu mempelajari bagaimana api bisa menyebar. Tak hanya melalui kontak langsung, api dapat berpindah melalui rambatan perantara. 

Sebagai contoh, misalkan saja ada sebuah kasus kebakaran yang disebabkan karena adanya kelalaian meletakkan lilin. Lilin bisa membakar kusen kayu setelah sebelumnya merambat pada gorden. Apalagi jika dinding rumah tersebut terbuat dari kayu, hal tersebut akan lebih membahayakan lagi karena api bisa merambat dengan mudah.

Meski tidak disampaikan pada teori segitiga api di atas, mengenal bagaimana sumber panas berpindah dapat membantu kita untuk mengantisipasi timbulnya api yang merugikan. Dengan demikian, Anda dapat terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan api.

Share On

Related Information